Menjawab Permasalahan Kanonisasi Surat 3 Yohanes : Otoritas Penulis Dan Pesan Teologis Serta Implikasi Surat Ini Bagi Gereja Masa Kini
Abstract
Surat 3 Yohanes adalah salah satu surat yang diragukan dalam kanonisasi Alkitab dan keberadaannya tidak mendapat banyak perhatian. Beberapa hal yang diragukan adalah pertama, otoritas penulis surat ini. Otoritas penulis surat ini diragukan karena penulis dari surat ini sendiri pun sulit untuk dipastikan. Penulis surat tidak menulis namanya secara eksplisit dalam surat dan hanya memperkenalkan diri sebagai penatua. Bahkan bapa gereja Origen dan Eusebius memperdebatkan penulis dari surat ini. Kedua, pesan teologis dari surat ini. Surat ini terlihat tidak memiliki doktrin dan referensi teologis tertentu dan isinya sangat pendek. Bahkan, surat ini menjadi surat paling pendek di antara surat-surat dalam Perjanjian Baru. Isinya hanya 15 ayat atau dalam ukuran lain, dapat muat hanya dalam satu gulungan kertas papirus. Ditambah lagi, surat yang pendek ini terlihat seperti berdiri sendiri. Tidak ada hubungan khusus antara surat ini dengan surat-surat lainnya. Hal ini dilihat dari pembahasan situasi dalam surat ini yang sangat spesifik dan personal. Surat ini secara khusus ditujukan kepada seseorang untuk menanggapi masalah yang terjadi di gereja Asia Minor pada saat itu. Kemudian, dilihat dari sejarahnya, surat ini tidak pernah disebut dan dikutip sampai abad ketiga. Dengan otoritas kepenulisan dan pesan teologis yang kurang jelas, maka, surat 3 Yohanes sempat diragukan untuk dimasukkan ke dalam kanon.Pada makalah ini, penulis menjawab dua permasalahan tersebut, yakni ketidakjelasan otoritas penulis dan pesan teologis dari surat ini. Penulis menjawabnya dengan memaparkan kriteria kanon, pertimbangan bapa-bapa gereja dan para ahli mengenai kepenulisan surat 3 Yohanes, serta menemukan pesan teologisnya melalui eksegesis. Kemudian, penulis menambahkan implikasi surat ini bagi gereja masa kini.