Studi tentang Konsep Spiritualitas Yohanes Calvin dan Relevansinya dalam Menjawab Tantangan Spiritualitas Kristen Masa Kini
Abstract
Sejarah gereja yang telah berusia lebih dari 20 abad meninggalkan berbagai harta berharga yang dapat dipakai untuk mengevaluasi berbagai tantangan zaman ini. Peninggalan tersebut sekaligus dapat juga berfungsi sebagai pendorong dan pembangkit semangat gereja untuk lebih menghargai iman Kristen, sehingga tidak mudah berkompromi dengan segala situasi dan kondisi yang ada. Yohanes Calvin sebagai salah satu tokoh Gerakan Reformasi merupakan bagian dari sejarah gereja yang tidak boleh diabaikan. Pemikiran dan karyanya telah menjadi berkat bagi gereja dan dunia baik pada zamannya dan terus pada zaman-zaman sesudahnya. Hal yang disayangkan adalah ketika ia lebih dikenal sebagai seorang teolog yang memiliki pemikiran rumit, daripada seorang gembala yang sangat memperhatikan kebutuhan praktis jemaatnya. Ia bukan saja mengajarkan tentang hal-hal yang berkenaan dengan hidup Kristen atau spiritualitas Kristen saja, tetapi konsep-konsepnya itu bahkan dapat dilihat jelas memiliki dukungan dari pemikiran teologisnya yang setia pada kebenaran firman Tuhan. Dengan kata lain, ajaran-ajaran Calvin memiliki relevansi yang esensial bagi pergumulan praktis gereja pada masa kini, termasuk juga dalam hal spiritualitas Kristen. Setidaknya konsep spiritual Calvin dapat disarikan dalam tiga pemikiran besar, yaitu spiritualitas yang bersumber mutlak pada Allah, spiritualitas yang merupakan wujud pernyataan hasrat untuk memuliakan Allah dan spiritualitas yang bertumbuh melalui komunitas orang percaya. Dengan memperhatikan konsep spiritualitas Calvin tersebut, maka skripsi ini meninjau: apakah tantangan spiritualitas masa kini merupakan hal yang sesuai dengan iman Kristen? Dan bagaimana konsep spiritualitas Calvin dapat menjadi relevan dan menjawab tantangan tersebut? Tantangan spiritualitas masa kini menawarkan bentuk spiritualitas yang bersumber pada potensi diri sebagai makhluk spiritual. Lebih lagi, spiritualitas yang bersumber dari diri itu juga ditujukan bagi pemenuhan kebutuhan diri, secara khusus yang berkenaan dengan kebutuhan aktualisasi diri. Dan akhirnya, bentuk pertumbuhan yang ditawarkan pun adalah bersifat subyektif. Selain itu, perlu juga dicatat bahwa penawaran dari masing-masing bentuk tersebut memang terkesan begitu toleran, dapat merangkul semua golongan, menjawab kebutuhan nyata manusia modern dan sangat praktis untuk diterapkan. Studi dan analisa yang telah dilakukan menghasilkan gambaran tentang relevansi konsep spiritualitas Calvin dalam menjawab tantangan tersebut, yaitu dalam pembangunan prinsip spiritualitas yang solid, pemberian makna kekal terhadap hidup manusia dan pembinaan spiritual dalam gereja.