dc.description.abstract | Pernikahan adalah sesuatu yang serius bagi orang Kristen. Ini didasarkan dari sifat pernikahan yang bersifat abadi (Kej. 2:24). Maka dari itu, perceraian bukan menjadi solusi bagi pernikahan yang menyedihkan. Melihat realita ini, orang Kristen tidak perlu sembarangan dalam memilih pasangan hidup. Menurut penulis, orang Kristen perlu memahami dengan jelas tujuan hidupnya sebelum memutuskan untuk menikah. Penulis mendasarkan argumennya melalui kisah Abraham yang memahami tujuan hidupnya di hadapan Tuhan sebelum dia memilih pasangan hidup bagi anaknya, Ishak. Abraham memahami dengan jelas tujuan hidupnya yaitu menjaga kovenan di hadapan Tuhan. Pemahaman Abraham akan tujuan hidupnya terpancar dalam dua kriteria pasangan hidup Ishak: (1) istri Ishak harus dipilih dari antara keluarganya dan bukan dari orang-orang Kanaan; (2) Ishak tidak boleh melakukan emigrasi ke tempat tinggalnya dulu. Selain itu, ada beberapa hal juga yang penulis berikan untuk mendukung argumen ini. Dari analisis yang ada, penulis memberikan saran kepada Gen Z Kristen untuk memahami dengan benar tujuan hidupnya di hadapan Tuhan sebelum mencari pasangan hidup sebagaimana yang dilakukan Abraham. Tujuan hidup Gen Z Kristen seharusnya adalah melakukan Amanat Agung yang direalisasikan dalam cara-cara yang spesifik. Di dalam terang pemahaman akan tujuan hidup inilah Gen Z Kristen mencari pasangan hidup. Pengabaian akan tujuan hidup Kristen dalam pencarian pasangan hidup akan membawa pada pernikahan yang menyedihkan kelak. | en_US |