dc.description.abstract | Video games merupakan salah satu bagian dari pop culture yang diminati oleh masyarakat saat ini khususnya di Indonesia. Tidak hanya itu, masing-masing video games akan menyampaikan pesan-pesan tertentu dan memengaruhi orang yang memainkannya. Namun, video games memiliki keunikan tersendiri dalam mengomunikasikan pesannya. Keunikan yang dimaksud adalah pemain harus berpartisipasi dan berinteraksi secara aktif dengan video games yang dimainkannya. Interaksi secara aktif ini terjadi antara pemain dan dunia virtual (dunia alternatif) di dalam video games. Melalui dunia virtual yang diciptakan oleh pembuat video games tersebut, pemain dapat menemukan beragam aspek yang juga sebenarnya dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari di dunia nyata. Salah satunya adalah aspek religius yang tidak hanya dapat ditemukan dalam bentuk eksplisit, tetapi juga implisit. Masing-masing bentuknya mengandung worldview dari pembuatnya yang kemudian menyampaikan pesan tertentu kepada pemain video games tersebut.
Melihat hal ini, kekristenan perlu mempelajari dan memahami video games karena kekristenan sendiri dipanggil untuk berinteraksi secara kritis dengan dunia yang ia tempati. Dalam hal ini, kekristenan perlu melakukan penilaian terhadap video games dalam terang firman Allah. Hal ini serupa juga dengan teladan yang diberikan Yesus Kristus ketika Ia datang ke dunia ini. Yesus masuk dan mengambil bagian di dalam suatu tradisi budaya yang spesifik ketika Ia menjadi manusia. Lalu, bagaimana kekristenan dapat memberikan penilaian yang kritis terhadap unsur religius dalam video games? Penulis akan menjawab pertanyaan ini dengan melakukan studi pustaka pertama-tama terhadap budaya kemudian video games. Kemudian penulis akan menggunakan metode yang dipaparkan Vanhoozer untuk menganalisis budaya guna memahami video games secara spesifik. Di sini penulis menggunakan dua video games sebagai contoh dari analisis budaya terhadap video games, yaitu Mobile Legends: Bang Bang dan Left Behind: Eternal Forces. | en_US |