Studi Eksposisi terhadap Konsep “Dusta” dalam Alkitab dan Implikasinya bagi Pembinaan Jemaat
Abstract
Dosa dusta sering kali menjadi dosa yang dipandang lebih ringan dibandingkan dengan dosa-dosa lainnya seperti mencuri, membunuh, berzina, menyembah berhala, dan sebagainya. Dengan perkembangan zaman yang semakin maju, moral dunia bukannya semakin membaik, tetapi semakin merosot dan memprihatinkan. Dari moral yang sederhana—berkata jujur, hingga moral dalam bentuk perbuatan telah mengalami kemunduran. Kondisi ini tidak hanya mewabah dalam masyarakat sekuler, melainkan berimbas ke dalam gereja Tuhan.
Semakin hari dunia mengarah kepada relativisme. Begitu juga dengan kebenaran. Bagi dunia, sebuah kebenaran termasuk dalam bagian relativisme sehingga untuk mengatakan kebenaran dianggap bukan hal utama di dalam karakteristik seseorang. Dengan begitu, peluang untuk berdusta sangat terbuka lebar. Inilah yang menjadi tugas gereja selaku pembawa kebenaran karena Kristus, sang Kepala gereja adalah Kebenaran.
Oleh karena itu, dalam membahas isu ini, ada tiga bagian besar yang dipaparkan dalam tulisan ini. Pertama, menjelaskan asal mula munculnya dosa dusta dan penjelasan mengenai bahaya dosa dusta yang tidak jauh berbeda dengan dosa lainnya. Kedua, bagaimana Alkitab membahas mengenai larangan sampai hukuman atas dosa dusta. Ketiga, memperlihatkan cara gereja Tuhan di dalam menyikapi dosa dusta yang merusak kehidupan orang percaya. Penulis memiliki dugaan sementara di awal penulisan mengenai topik ini. Penulis melihat bahwa kecenderungan orang percaya untuk melakukan dosa dusta lebih tinggi dibandingkan melakukan dosa-dosa lain yang dilarang oleh Tuhan. Mengapa demikian? Karena berdusta tidak kasat mata, tidak dapat diketahui oleh lawan bicara secara langsung, dan tidak kentara. Akibatnya, gereja Tuhan yang dipanggil untuk menjadi teladan akan kebenaran, kurang berfungsi sebagaimana mestinya.
Selanjutnya, mengenai metode penelitian dan hasil penelitian tulisan ini, penulis menggunakan metode penelitian pustaka, dengan menggunakan literatur-literatur yang tersedia di perpustakaan, baik berupa fisik ataupun elektronik. Penulis juga melakukan eksposisi terhadap beberapa bagian Alkitab—PL dan PB, dengan menggunakan beberapa buku tafsiran. Yang terakhir mengenai hasil penelitian. Di awal, penulis memiliki tujuan yang ingin dicapai dari tulisan ini antara lain: ingin menyadarkan kembali akan otoritas Alkitab yang mengajarkan tentang kebenaran, memberi pemahaman terhadap konsep mengenakan manusia baru dan menanggalkan manusia lama, meluruskan kembali konsep kebenaran yang seharusnya menjadi identitas utama orang Kristen dari beberapa bagian Alkitab yang dieksposisi, dan mengajak semua orang percaya untuk hidup kudus, benar, dan berintegritas sesuai dengan firman Tuhan. Dari tujuan-tujuan tersebut, penulis melihat hasil penelitian yang menjadi kesimpulan akhir penulis tidak menyimpang. Alkitab berbicara dengan tegas akan larangan terhadap perkataan dusta dan pembinaan terhadap jemaat perlu dikerjakan oleh para pemimpin yang sudah memahami arti integritas sebagai orang percaya.