Studi Karya Mass in B minor milik Johann Sebastian Bach sebagai Contoh Spiritualitas yang Alkitabiah bagi Pemusik Gereja
Abstract
Keindahan musik gerejawi seharusnya memancarkan keindahan Ilahi sebagai bagian dari ciptaan Allah dan wahyu umum. Keindahan karya musik gerejawi seharusnya mengeluarkan potensi keindahan firman Allah sebagai dasar kehidupan umat percaya termasuk bagi para musisi gerejawi sehingga pendengar dapat menyaksikan keindahan kemuliaan Allah, menginsafkan pendengar, memperbaiki perilaku dan mendidik seseorang dalam kebenaran. Namun dalam kehidupan nyata didapati beberapa orang pemusik gerejawi tidak terlihat demikian. Orang-orang tersebut hanya berusaha menampilkan keindahan musik saja tanpa mengutamakan firman Allah sebagai dasar dari karya-karya musiknya. Tidak jarang jika orang-orang tersebut lebih mengutamakan keunggulan skill bermusiknya daripada menyampaikan firman Tuhan sebagai pesan dari lagu tersebut. Lebih parahnya, orang-orang tersebut merasa telah mengubah hati jemaat dengan keindahan yang dibawakan melalui permainan musiknya. Masalah ini menuntun kita kepada sebuah pertanyaan, bagaimana menjadi seorang musisi gereja yang dapat mengubah hati dan kehidupan pendengar? Penulis mengajukan sebuah statement bahwa sebuah karya musik dapat membawa pendengar mendekat pada Allah jika karya musiknya dihasilkan oleh pemusik gereja yang memiliki pengenalan akan Allah secara kognitif maupun afeksi secara seimbang. Oleh karena itu, penelitian ini membawa pembaca untuk mendalami kehidupan seorang tokoh musik pada zaman Baroque yang dikenang selama berabad-abad hingga zaman ini karena karya-karyanya yaitu Johann Sebastian Bach. Penelitian ini akan melihat kehidupan spiritualitas Bach melalui karya vokal terakhimya yaitu Mass in B minor.
Johann Sebastian Bach merupakan seorang Lutheran, beliau hidup satu abad setelah Martin Luther (salah seorang tokoh Reformed) meninggal dunia. Bach juga hidup di dalam lingkungan yang mirip dengan kehidupan Martin Luther yaitu dalam kota Jerman. Hal tersebut membuat Bach menjadi seorang yang telah dididik, baik di dalam sekolah maupun dalam gereja, menjadi seorang Lutheran. Sebagai seorang Lutheran, Bach menghidupi kehidupannya dengan mendasarkan firman Tuhan dalam kehidupannya. Hal ini terlihat di dalam hampir seluruh karya Bach di mana di dalam kesehariaimya dia membuat karya kantata untuk ditampilkan setiap minggunya. Termasuk dalam penulisan karya Mass in B minor, Bach juga mendasarkan karya- karyanya berdasarkan firman Allah. Dalam karya ini Bach mengadaptasi bentuk susxman karyanya sesuai susunan liturgi gereja Lutheran dalam bahasa Lutheran.
Bach berusaha memperdalam setiap makna dalam liturgi Katolik dengan kacamata Injil. Bach juga berusaha menyesuaikan karya ini dengan selera pendengar untuk jemaat di kota Dresden, Hal ini dilakukan untuk menjembatani Injil bagi orang-orang Katolik-sebagai mayoritas-di kota Dresden. Adapun hal lainnya yang diungkapkan oleh sarjana Baeh bahwa Bach melakukan adaptasi karyanya dengan selera para pendengar di kota Dresden juga untuk menunjukkan kemampuannya di hadapan kerajaan dan publik Dresden sebagai musikus yang terampil. Hal tersebut merupakan sebuah bentuk pergumulan dirinya bersama dengan firman Tuhan sebagai seorang manusia yang berdosa. Tetapi hal ini membawa kita untuk menyadari bahwa seorang manusia, termasuk para musikus gereja, akan menghadapi pergumulan dengan dirinya ketika seseorang menjadikan firman Tuhan sebagai dasar kehidupannya. Tetapi hal ini membuktikan bahwa Bach merupakan seorang musikus yang mendasari setiap karya-karya musiknya dengan firman Tuhan, Karya ini akhimya memberkati banyak orang di setiap zaman hingga hari ini. Pada awalnya, Felix Mendelssohn (satu abad setelah Bach meninggal) menemukan karya ini dan mengangkat karya ini menjadi salah satu karya yang patut dikenang dalam sejarah, Padahal, ketika Bach masih hidup, karya ini tidak terlalu dihargai oleh publik Jerman waktu itu.